Tuesday, 7 January 2014

Filled Under:

What's Your EXIT Strategy?

what's your exit strategi



Di Jakarta, ada sebuah keluarga kecil: Pak Charles - seorang ayah dengan penghasilan lumayan di kantor, bahkan hospital benefit dari kantor untuk rawat inap, istri dan dua anak putri yang cantik dan ceria. Sesaat terlihat seperti sebuah keluarga yang ideal, Anda pun dapat membayangkan kehangatan dan keharmonisan dalam keluarga ini. Tanpa disadari, sang Ibu menerima telpon dari kantor suami berisi sebuah berita bahwa sang Ayah, terkena serangan jantung dan sedang dilarikan ke rumah sakit terdekat. Gagang telpon pun terlepas dari tangan sang istri ketika lemas dan shock menyelimutinya. 

Singkat cerita, sang Ayah tidak terselamatkan dan harus terpisah selamanya dari keluarga yang disayanginya. Hutang piutang bank untuk KPR rumah dan kendaraan mulai menumpuk dan tidak ada pilihan lain untuk sang Ibu selain mengizinkan mobil, rumah dan segenap isinya disita oleh pihak berwenang. Sang Ibu dan kedua putri tercinta pun kemudian mengungsi ke rumah nenek, sang Ibu pun terpaksa bekerja karena beban tulang punggung keluarga harus dia pikul.


Sore tersebut, putri sulungnya Ariel bertanya kepada mamanya dengan mata berlinang air mata, "Ma ... tetangga kita dulu Budi, papanya juga terkena stroke dan kemudian meninggal. Kenapa mereka masih tetap bisa tinggal di rumah dan sekolah di sekolah yang sama Ma, bahkan Mamanya Budi pun tidak usah bekerja keras seperti Mama saat ini. Kenapa kita harus diusir dari rumah kita sendiri Ma, kehilangan semua teman-teman saya, bahkan harus sekolah di daerah yang lebih sederhana ini ... kenapa Ma .. kenapa ..? Anda jangan bayangkan seperti apa rasa pilu hati sang Ibu atas pertanyaan putrinya.


Resiko kehidupan seperti kecelakaan, cacat, penyakit kritis dan meninggal adalah sesuatu yang bisa saja terjadi dalam kehidupan kita, termasuk Anda dan keluarga. Saya tidak tahu apakah Anda termasuk orang yang memilih untuk berspekulasi dengan resiko, “toh belum tentu saya kena sakit ....”, “yah liat nanti saja lah, paling pakai asset dan tabungan sendiri kalau perlu” atau Anda selagi bisa dapat memilih untuk mengeliminasi resiko dengan memproteksi keluarga Anda dengan asuransi jiwa. Saya ingin tahu sebagai kepala keluarga yang bijak, pilihan manakah yang Anda lihat sebagai solusi terbaik? Suatu waktu yang lalu, mentor saya mengajarkan pada saya: “seseorang yang BIJAKSANA seperti kamu, tidak akan membiarkan kehidupan keluarganya di-pertaruhkan.”


Mungkin Anda tidak tahu bahwa cerita diatas ini bisa saja terjadi pada orang yang sangat kita kasihi. What’s your exit strategy? Apakah kita pernah memperkirakan dan mempersiapkan dana kebutuhan keluarga dan pendidikan anak-anak kita dengan teratur? Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada keluarga Anda apabila seorang kepala keluarga seperti Anda harus meninggalkan dunia ini. Sudah pernahkah Anda pikirkan solusi terbaik untuk keluarga yang paling Anda sayangi itu? Sebagai financial consultant, saya bisa share dengan Anda proteksi seperti apa yang sesuai, tetapi pasti Anda tentu memilih untuk mendengar dan mengetahui sendiri sebenarnya apa tujuan dan kebutuhan finansial keluarga Anda.


Anda mungkin ingin mengambil keputusan bijaksana, sekarang. Tentunya Anda dapat izinkan saya untuk bertemu dan membantu Anda mencari solusi terbaik untuk keluarga tercinta Anda saat ini. Seperti apa rasanya apabila kesiapan Anda dapat melindungi keluarga Anda dari hal yang terjadi pada keluarga Pak Charles diatas. Pada akhirnya, Anda putuskan apa solusi terbaik bagi keluarga Anda.

Semoga bermanfaat...






0 komentar:

Post a Comment